"menggigit besi yang panas membara" |
Kemudian, ketika kekuasaan Banten dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah Belanda. Apalagi, di masa pemerintahannya tengah terjadi ketegangan dengan kaum pendatang dari Eropa, terutama para pedagang Belanda yang tergabung dalam VOC. Kedatangan kaum kolonialis ini disatu sisi membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun disisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata, yaitu terjadinya percampuran akidah dengan tradisi pra-Islam. Hal ini yang terdapat pada kesenian debus.
Permainan
debus merupakan bentuk kesenian yang dikombinasikan dengan seni tari,
seni
suara dan seni kebatinan yang bernuansa magis. Kesenian debus biasanya
dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat, atau untuk hiburan
masyarakat.
Pertunjukan ini dimulai dengan pembukaan (gembung), yaitu pembacaan
sholawat
atau lantunan puji-pujian kepada Nabi, dzikir kepada Allah, diiringi
instrumen
tabuh selama tiga puluh menit. Acara selanjutnya adalah beluk, yaitu
lantunan
nyanyian dzikir dengan suara keras, melengking, bersahut-sahutan dengan
iringan
tetabuhan. Bersamaan dengan beluk, atraksi kekebalan tubuh
didemonstrasikan sesuai
dengan keinginan pemainnya. Seperti : menusuk perut dengan tombak tanpa
luka, mengiris
anggota tubuh dengan pisau atau golok, memakan api, memasukkan jarum
kawat ke
dalam lidah/pipi sampai tebus tanpa mengeluarkan darah, mengiris anggota
tubuh
sampai terluka dan mengeluarkan darah tapi dapat disembuhkan seketika
itu juga
hanya dengan mengusapnya, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian
yang
dikenakan hancur lumat namun kulitnya tetap utuh. Selain itu juga ada
atraksi
menggoreng kerupuk atau telur di atas kepala, membakar tubuh dengan api,
menaiki atau menduduki tangga yang disusun dari golok yang sangat tajam,
serta
bergulingan di atas tumpukan kaca atau beling. Atraksi ini diakhiri
dengan
gemrung, yaitu permainan alat-alat musik tetabuhan.
Terlepas
dari aspek di atas, tradisi kedaerahan seperti debus mengambil peran di
kehidupan bermasyarakat, diantaranya:
- Kesenian
debus sebagai potensi wisata, yang merupakan ciri daerah bangsa
Indonesia.
- Untuk
melestarikan/menjaga seni budaya daerah yang semakin lama semakin
hilang.
- Sebagai
simbol atau ciri khas dari sebuah daerah.
"menggunakan gigi untuk menguliti kelapa" |
Pada
saat ini banyak pendekar debus bermukim di Desa Walantaka, Kecamatan
Walantaka,
Kab. Serang.
Namun sayangnya keberadaan debus makin lama kian
berkurang, dikare
nakan
para pemuda lebih suka mencari mata pencaharian yang lain. Diharapkan
Pemerintah lebih peduli terhadap aset
milik daerah seperti kesenian
debus ini,
agar kelak nanti tradisi daerzah Banten ini tidak lenyap di telan oleh
waktu.
Download here : Word and Power Point